Dengan
berhasilnya tokoh-tokoh neo-klasik dalam mementahkan serangan
pemikiran-pemikiran sosialis/marxis, maka bendera sistem liberal/kapitalisme
kembali berkibar. Walaupun sistem pakar-pakar neo-klasik berhasil mementahkan
serangan kaum sosialis, tidak berarti sistem ini dianut semua negara-negara di
daratan Eropa. Pada waktu yang bersamaan, di Jerman perkembangan suatu aliran pemikiran
ekonomi yang disebut Aliran Sejarah (historism).
Pola pemikiran aliran sejarah didasarkan pada prespektif sejarah.
Kerangka dasar teoritisnya berikut pola pendekatan yang digunakan oleh aliran
sejarah dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi sangat berbeda dan terpisah
dari aliran utama (mainstream) yang
berawal dari kaum klasik. Adapun nama aliran sejarah diinspirasikan oleh
keberhasilan metode sejarah dalam bidang-bidang hukum dan bahasa. Oleh
segolongan pakar-pakar Jerman sendiri, ada yang menamakan alian sejarah sebagai
aliran “etis”, untuk menunjukan ketidaksenangan mereka pada paham hidonisme klasik.
1.
Seperti
apakah serangan terhadap metode klasik pada aliran sejarah (historism) ini?
2.
Siapa
sajakah tokoh-tokoh yang terlibat dalam aliran sejarah (historism) ini?
Serangan terhadap Metode Klasik
Pemikiran pemikiran klasik secara eksplisit mengakui bahwa manusia
berdasarkan hakikatnya bersifat serakah (paham hidonisme). Paham ini kemudian
dikembangkan menjadi paham utilitarianisme.
Pendekatan- pendekatan tersebut menurut para pemikir aliran sejarah
dinilai terlalu sempit. Menurut doktrin aliran sejarah, motif orang untuk
bertindak tidak hanya didasarkan pada motif laba dan kepentingan pribadi,
tetapi juga didorong etika dan implus-implus lainnya.
Pandangan kaum klasik perekonomian diserahkan kepada kekuatan pasar, dimana
setiap orang diberi kebebasan berbuat demi kepentingan masing-masing. Dan
akhirnya melalui apa yang disebut invisible hand, akan tercipta suatu harmoni
secara keseluruhan. Pemikiran seperti ini juga dikecam oleh pakar-pakar
sejarah, sebab dinilai terlalu mekanistis, dan menghendaki agar hal ini diganti
dengan dasar pemikir yang lebih etis.
Pada intinya pemikir aliran sejarah menolak argumentasi pemikir pemikir
klasik bahwa ada undang-undang alam tentang kehidupan ekonomi. Bagi mereka
masayarakat harus di ganti sebagai satu kesatuan organisme dimana interaksi
sosoial berkait dan berhubungan antar individu. Pemikir- pemikir aliran sejarah
menghendaki agar kegiatan masayarakat dilandasi pada suatu system yang
menyeluruh, yang mencakup semua organisme dalam kehidupan bermasayarakat
sebagai suatu keseluruhan. Penganut aliran sejarah yang tidak percaya pada
mekanisme pasar bebas klasik pada umumnya sepakat untuk meminta campur tangan
pemerintah dalam perekonomian. Investasi pemerintah diharapkan mampu membawa proseos
ekonomi pada tujuan-tujuan sosial dan ekonomi yang diinginkan bersama dan tanpa
campur tangan pemerintah dalam perekonomian tidak akan ada jaminan keadailan
sosial.
Bagi pemikir-pemikir sejarah, fenomena-fenomena ekonomi merupakan produk
perkembangan masayarakat secara keseluruhan sebagai hasil perjalanan sejarah,
karena itu semua pemikiran, teori, dan kesimpulan ekonomi harus di landaskan
pada empiris sejarah. Pemikir-pemikir aliran sejarah tidak setuju dengan
anggapan kaum klasik dan neo-klasik bahwa prinsip-prinsip ekonomi berlaku
secara universal.
Pemikir-pemikir aliran sejarah dengan gencar menyerang metode pendekatan
deduktif yang digunakan kaum klasik. Dengan pendekatan deduktif analisis
ekonomi bertitik tolak dari pengamatan secara umum. Kemudian dari pengamatan
secara umum itu diambil kesimpulan secara khusus (reasoning from the general to
the particular). Bagi pakar aliran sejarah metode deduksi ini dinilai terlalu
abstrak dan terlalu teoritis, dimana dari beberapa postulat kemudian mang-claim
bahwa pemikiran-pemikiran mereka belaku umum(universal). Menurut kau sejarah
metode deduksi ini sering tidak sesuai dengan realitas, dan karenanya sering
membawa kita kedalam kesimpulan yang sering keliru. Untuk mengatasi kelemahan
metode klasik tersebut maka pemikir-pemikir aliran sejarah menawarkan metode
induktif-historis.
Pola pendekatan induksi empiris berpangkal tolak dari pengamatan dan
pengkajian yang bersifat khusus, dan dari sisi ini diambil suatu kesimpulan
umum (reasoning from the particular to the general). Dengan metode induksi
empiris maka hukum-hukum, dalil-dalil dan teori-teori ekonomi hanya berlaku
suatu tempat pada waktu-waktu tertentu, sebab hukum, dalil maupun teori ekonomi
sangat tergantung pada kondisi dan lingkungan setempat.
Tokoh-tokoh Aliran Sejarah
Tokoh-tokoh aliran sejarah sangatlah banyak, namun yang akan dibahas
kali ini yang dianggap paling penting saja, diantaranya yaitu :
Friedrich List (1789-1846)
Friedrich List lahir dan memperoleh pendidikan di Jerman. Ia pernah mengajar
di Negara tersebut, tetapi ide-idenya kemudian memaksanya untuk pindah ke
Amerika Serikat. Di Amerika Srikat ia menjadi editor salah satu surat kabar
yang terbit di Pennsylvania dan aktif dalam gerakan-gerakan proteksionis.
Salah satu buku List yang cukup terkenal adalah: Das Nationale System der Politischen Oekonomie, der Internationale
Handel, die Handels Politik und der Deutche ollverein, atau dalam bahasa
Inggrisnya: The National System of
Political Economy, International Trade, Trade Policy and the German Customs
Union (1841). Dalam buku-buku tersebut List menyerang pakar-pakar klasik
yang disebutnya “kosmopolitan” sebab mengabaikan peran pemerintah.
Lebih lanjut List mengatakan bahwa kita biasa mengambil kesimpulan
tentang perkembangan suatu masyarakat dari data sejarah. Dari cara mereka
berproduksi maka setiap kelompok masyarakat pada umumnya melewati tahap-tahap
sejarah sebagai berikut:
a)
Tahap
berburu dan menangkap ikan, atau tahapbarbarian, yang berciri masayarakat
primitif sebab kebutuhan dari apa yang disediakan oleh alam.
b)
Zaman
mengembala atau pastoral, yang mulai berternak tapi masih
nomaden atau tidak menetap.
c)
Zaman
agraris, dimana masyarakat mulai menetap dan bertani secara subsisten.
d)
Zaman
bertani, menghasilkan industri manifaktur sederhana dan mulai melakukan
perdagangan lokal.
e)
Masyarakat
bertani, manufaktur lebih maju dan telah melakukan perdaganagan internasional.
Menurut List, system perdagangan bebas yang dianjurkan oleh kaum klasik
hanya cocok bagi negara-negara yang sudah berada pada tahap ke lima (waktu itu
misalnya Inggris), tapi system perdagangan bebas jelas tidak cocok untuk
keadaan Jerman waktu itu, yang keadaan industrialisasinya agak tertinggal
dengan keadaan industrialisasi di negeri Inggris.
Untuk memajukan perekonomian Jerman, List menyarankan agar pemerintah
menyusun berbagai kegatan ekonomi sebagai bagian dari kegiatan produksi dan
kemampuan nasional. Dua sektor utama yang sangat menentukan perekonomian
nasaional adalah sektor pertanian dan industri. Menurut List sektor pertanian
diperlukan untuk menyediakan bahan pangan masyarakat, namun sektor ini tidak
dapat membawa perekonomian lebih maju. Lebih tegasnya List berpendapat bahwa
negara harus juga memajukan perekonomian melalui sektor industri, dan industrialisasi
lah yang merupakan langkah awal membawa perekonomian lebih maju. Namun
industrialisasi tidak hanya bertujuan untuk memajukan sektor industri, tetapi
lebih jauh juga membawa perbaikan pada sektor pertanaian serta perkembangan dan
kemajuan dibidang-bidang lainnya, termasuk perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi masyarakat luas.
Dari uraian di atas jelas bahwa List lebih banyak mencurahkan perhatian
pada permasalahan ekonomi, terutama bagaimana melindungi industrialisasi Jerman
yang waktu itu tertinggal dari industrialisasi Inggris.
Bruno Hildebrand (1812-1878)
Hildebrand aktif dalam berbagai penelitian dan penulisan karya karya
ilmiah. Dalam melakukan penelaan dan penelitian-penelitian ekonomi, ia
menekankan perlunya mempelajari sejarah, maksudnya penelitian ekonomi harus
didukung oleh data statistik empiris yang dikumpulkan dalam penelitian sejarah
ekonomi.
Hildebrand juga menekankan pentingnya evolusi dalam perekonomian
masyarakat. Menurut Hildebrand, dilihat dari cara tiap kelompok masyarakat
dalam melakukan tukar-menukar dan berdagang, kelompok-kelompok masyarakat
tersebut dapat dibedakan atas tingkatan- tingkatan sebagai berikut:
a)
Tukar-menukar
secara in-natural atau barter.
b)
Tukar
menukar dengan perantara uang.
c)
Tukar
menukar dengan menggunakan kredit.
Penelitian Hildebrand diatas dianggap cukup baik dalam bidang sosiologi
dan kurang bermanfaat dalam bidang ekonomi. Yang mana kelemahannya yaitu
beberapa penelitan berdasarkan pada monografi sejarah yang bersifat deskriptif
tentang masalah-masalah ekonomi, tetapi karyanya tersebut tidak ditujukan pada
acuan yang padu. Oleh sebab itu karya-karya penelitan sejarah Hildebrand
tersebut dinilai tidak berarti dalam perkembangan ilmu ekonomi.
Gustav von Schmoler (1839-1917)
Schmoler terkenal karena terlibat dalam perdebatan yang sangat sengit
dan pakar-pakar klasik, terutama dengan Carl Menger, tentang metodologi
perkembangan ilmu ekonomi. ia dianggap sebagai pemikir sejarah yang paling
gigih menyarankan agar metode deduktif klasik ditukar dengan metode
induktif-empiris. Pandangan Schmoler agak berbeda dengan pandangan tokoh-tokoh
aliran sejarah lainnya, yang mana tokoh-tokoh sejarah yang lainnya menghendaki
berbagai kebijakan di dalam bidang ekonomi, Schmoler menghendaki agar
kebijaksanaannya menyangkut politik sosial, dan lebih jauh dari itu, juga
meningkatkan kesejahteraan kaum buruh.
Untuk mencapai tujuannya Schmoler dan rekan-rekannya mendirikan sebuah
forum untuk menghimpun pemikiran-pemikiran dalam menghadapi berbagi masalah
ekonomi dan sosial, dan hasil pertemuan serta kesimpulan disampaikan kepada
pemerintah sebagai masukan. Salah satu berhasilnya pertemuan-pertemuan yang di
sampaikan kepada pemerintah dengan dibentuknya undang-undang untuk melindungi
kaum buruh dari penindasan kaum pengusaha. Jaminan sosial yang diberikan kepada
kaum buruh tersebut yang sesuai dengan undang-undang yang telah ditetapkan
dianggap sangat maju untuk zaman bagi dirinya, sebab dinegara-negara Eropa pada
umumnya belum ada perundang-undangan perlindungan kaum buruh seperti yang di
Jerman tersebut.
Werner Sombart (1863-1941)
Penelitan Sombart yang sering dikutip oleh orang adalah penelitannya
tentang tahap-tahap perkembangan kapitalisme. Sombart mengatakan bahwa
pertumbuhan masyarakat kapitalis sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan
masyarakat. Dalam karyanya: Der Moderne
Kapitalismus (1902), Werner Sombart lebih lanjut mengatakan bahwa
pertumbuhan masyarakat kapitalis dapat dibedakan atas beberapa tingkatan,
yaitu:
a)
Tingkat
pra-kapitalisme
Pada tingkat pra-kapitalisme kehidupan ekonomi masih
bersifat komunal, struktur sosial masih berat kearah pertanian, kebutuhan
manusia masih rendah, uang belum dikenal, motif laba maksimum masih belum
nampak, dan produk seluruhnya lebih ditunjukan untuk diri sendiri.
b)
Tingkat
kapitalisme menengah
Pada tingkat ini walaupun kehidupan ekonomi masih
bersifat komunal, tetapi mulai memperlihatkan ciri-ciri individualisme,
struktur pertanian industri mulai berimbang, masyarakat mulai mengenal uang,
motif laba maksimum mulai nampak, dan produksi tidak hanya untuk diri sendiri,
tetapi ditunjukan juga untuk pasar.
c)
Tingkat
kapitalisme tinggi
Pada tingkat ini disebutkan tingkat kapitalisme
tinggi, ciri masyarakat komunal hilang, paham individualisme mulai menonjol,
struktur ekonomi semakin berat ke industri dan perkotaan, peran uang semakin
menonjol, motif laba maksimum makin kelihatan, dan sebagian produksi dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan pasar.
d)
Tingkat
kapitalisme akhir
Tingkat ini ditunjukan oleh ciri-ciri dimana sikap
individualisme lebih tinggi, tetapi kepentingan masyarakat tidak diabaikan,
industri mulai ke padat modal, disamping uang kartal juga mulai di kenal uang
giral, motif laba maksimum lebih tinggi, tetapi juga dipertimbangkan penggunaan
laba untuk kepentingan masyarakat, dan produksi untuk pasar.
Max Weber (1864-1920)
Max Weber adalah ahli sosiologi dalam arti luas dimana ilmu ekonomi dan
sejarah ekonomi oleh Weber juga dimasukan sebagai ilmu sosiologi. Dalam bukunya
yang cukup terkenal, yaitu The Protestant
Ethic and the Spirit of Capitalism (1958) ia menjelaskan ada pengaruhnya
ajaran agama Protestan terhadap prilaku ekonomi.
Perilaku ekonomi kapitalis, kata Weber, bertolak dari harapan akan
keuntungan yang akan diperoleh dengan mempergunakan kesempatan bagi tukar
menukar yang didasarkan pada kesempatan mendapatkan keuntungan secara damai.
Hasil pengamatan Weber menunjukan bahwa golongan penganut agama Protestan,
terutama kaum Calvinis menduduki tempat teratas. Menurut orang Calvinis
keselamatan hanya diberikan pada orang-orang terpilih, hal inilah yang
mendorong orang bekerja keras agar masuk menjadi golongan orang terpilih
tersebut. Dalam pemikiran teologis inilah semangat kapitalisme yang bersandar
pada cita, ketekunan, hemat, rasional, berperhitungan, dan sanggup menahan
diri, menemukan pasangannya.
Tidak semua orang menerima tesis Weber, diantaranya yang menentang,
yaitu Bryan S Turner, R.H.Tawney, Kurt Samuelson, Robert N. Bellah, Andrew
Greeley, dan tokoh-tokoh lainnya yang pernah meneliti dampak ajaran agama lain
terhadap kehidupan ekonomi, misalnya penelitian tentang masyarakat islam dan
penganut-penganut agama Tokugawa di Jepang. Kritik-kritik tersebut antara lain
dapat dibaca dalam buku yang diedit Taufik Abdullah: Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi (1979).
Henry Charles Carey (1793-1879)
Henry Carey adalah seorang pemimpin gerakan proteksionis dari Amerika
Serikat. Ia tertarik dengan aliran sejarah sebab ayahnya adalah teman dekat
Friedrich List sewaktu List berdiam di Amerika Serikat. Dalam karyanya: Principles of Social Science, Carey menekankan
perlunya diversifikasi industri untuk menciptakan lapangan pekerjaan lebih
luas. Menurutnya suatu negara yang hanya mengandalkan pembangunan pada ekspor
produk-produk pertanian dinilainya sebagai tindakan yang bodoh dan merugikan.
Pendukung-pendukung aliran sejarah yang lain dari Amerika Serikat adalah
Simon Nelson Patten dan Daniel Reymond. Nelson Patten (1852-1992) mengajukan
argumen-argumen yang menyokong proteksi sebagaimana yang dikemukakan oleh Carey.
Sedangakan Daniel Reymond (1786-1849) adalah seorang ahli hukum yang kemudian
tertarik dengan persoalan-persoalan ekonomi. Daniel Raymond merupakan ekonom
politik penting pertama muncul di Dia menulis Thoughts on Political Economy
(1820) dan The Elements of Political Economy(1823).
Daniel Reymond berteori bahwa “kekayaan menciptakan tenaga kerja,” yang
mungkin telah perbaikan berdasarkan pemikiran Adam Smith dari Eropa. Daniel
Raymond berpikir bahwa ekonomi Inggris sebenarnya perekonomian berpangkat lebih
tinggi anggota masyarakat, dan bukan ekonomi seluruh bangsa. Ia berpendapat
bahwa kekayaan bukanlah suatu agregasi nilai tukar, seperti Adam Smith telah
mengandung itu. Daniel Raymond berpendapat bahwa kekayaan adalah kemampuan atau
kesempatan untuk mendapatkan keperluan dan kemudahan hidup oleh tenaga kerja.
Pada tahun 1845, ia menulis sebuah buku judul “The Elements of Constitutional Law” yang mencakup definisi dasar
sebuah pemerintahan, sebuah negara berdaulat, sebuah konfederasi dan sebuah
konstitusi. Sementara konsep-konsep ini telah berevolusi, banyak teori-teori
dasar yang masih memiliki relevansi yang diuraikan dalam analisis politik
modern. Tulisannya mempengaruhi perkembangan politik di Amerika Serikat.
Sumber : Deliarnov. (2003). Perkembangan Pemikiran Ekonomi.
Jakarta: Rajawali Pers.
0 komentar:
Posting Komentar