Kamis, 05 Desember 2013

Identifikasi Ciri-Ciri Perkembangan Remaja Awal – Akhir


A. Identifikasi perkembangan remaja
Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun. Usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria.
Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama – yang dicetuskan oleh psikolog G. Stanley Hall – : adolescence is a time of “storm and stress “. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987). Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya.
Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif).
Menururt Hurlock (1964) Remaja awal (12/13 th – 17/18 th), remaja akhir (17/18 th – 21/22 th). WHO menyatakan walaupun definisi remaja utamanya didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, namun batasan itu juga berlaku pada remaja pria, dan WHO membagi kurun usia dalam dua bagian yaitu remaja awal 10 – 14 tahun dan remaja akhir 15 – 20 tahun.


B. Ciri-ciri remaja awal (10 – 14 tahun)

1. Ciri Fisik :
a)    Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat.
b)   Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering- kali kurang seimbang.
c)    Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul bulu pada pubic region, otot mengembang pada bagian – bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada wanita dan day dreaming pada laki-laki).
2. Ciri Psikomotor :
a)    Gerak – gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.
b)   Aktif dalam berbagai  jenis cabang permainan.
3. Ciri Bahasa :
a)    Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing.
b)   Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik dan estetik.
4. Ciri Perilaku Kognitif :
a)    Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferen-siasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas.
b)   Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat.
c)    Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-kecende- rungan yang lebih jelas.
5. Ciri Perilaku Sosial :
a)    Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer.
b)   Adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.
 6. Ciri Moralitas :
a)    Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
b)   Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
c)    Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.
7. Ciri PerilakuKeagamaan :
a)    Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
b)   Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
c)    Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
8. Ciri Konatif, Emosi,  Afektif dan Kepribadian :
a)    Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri dan aktualisasi diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya.
b)   Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernya-taan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti dalam yang cepat.
c)    Kecenderungan-kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.
d)   Merupakan masa kritis dalam rangka meng-hadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psiko-sosialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya.

C. Ciri-ciri remaja akhir (1520 tahun)

1. Ciri Fisik :
a)    Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat.
b)   Proporsi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan orang dewasa.
c)    Siap berfungsinya organ-organ reproduktif seperti pada orang dewasa.
2. Ciri Psikomotor :
a)    Gerak gerik mulai mantap.
b)   Jenis  dan jumlah cabang permainan lebih selektif dan terbatas pada keterampilan yang menunjang kepada persiapan kerja.
3. Ciri Bahasa :
a)    Lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu yang dipilihnya.
b)   Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung nilai-nilai filosofis, ethis, religius.
4. Ciri Perilaku Kognitif :
a)    Sudah mampu meng-operasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuan membuat generalisasi yang lebih bersifat konklusif dan komprehensif.
b)   Tercapainya titik puncak kedewasaan  bahkan mungkin mapan (plateau) yang suatu saat (usia 50-60) menjadi deklinasi.
c)    Kecenderungan bakat tertentu mencapai titik puncak dan kemantapannya.
5. Ciri Perilaku Sosial :
a)    Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selektif dan lebih lama (teman dekat).
b)   Kebergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat.
6. Ciri Moralitas :
a)    Sudah dapat memisahkan antara sistem nilai – nilai atau normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat ber-buat keliru atau kesalahan.
b)   Sudah berangsur dapat menentukan dan menilai tindakannya sendiri atas norma atau sistem nilai yang dipilih dan dianutnya sesuai dengan hati nuraninya.
c)    Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasan- nya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya.
7. Ciri Perilaku Keagamaan :
a)    Eksistensi dan sifat kemurah-an dan keadilan Tuhan mulai dipahamkan dan dihayati menurut sistem kepercayaan atau agama yang dianutnya.
b)   Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari mulai dilakukan atas dasar kesadaran dan pertimbangan hati nuraninya sendiri secara tulus ikhlas.
c)    Mulai menemukan pegangan hidup.
 8. Ciri Konatif, Emosi,  Afektif dan Kepribadian :
a)    Sudah menunjukkan arah kecenderungan tertentu yang akan mewarnai pola dasar kepribadiannya.
b)   Reaksi-reaksi dan ekspresi  emosinalnya tampak mulai terkendali dan dapat menguasai dirinya.
c)    Kecenderungan titik berat ke arah sikap nilai tertentu sudah mulai jelas seperti yang akan ditunjukkan oleh kecenderungan minat dan pilihan karier atau pendidikan lanjutannya; yang juga akan memberi warna kepada tipe kepribadiannya.
d)   Kalau kondisi psikososialnya menunjang secara positif maka mulai tampak dan ditemukan identitas kepriba-diannya yang relatif definitif yang akan mewarnai hidupnya sampai masa dewasa.

D. Sikap Guru dalam Mengoptimalkan Potensi Belajar Remaja
            Remaja dipercaya sebagai generasi yang sulit untuk merasa puas. Mereka adalah generasi yang terus mencari dan siap berkreasi. Oleh karena itu, guru dituntut untuk selalu kreatif dan berhenti berfikir bahwa mengajar adalah sekedar proses penyampaian ilmu dari guru ke siswa. Guru harus selalu melibatkan siswa dalam proses belajar, sehingga mereka tahu betul apa yang sedang mereka kerjakan berikut manfaatnya.
Untuk memaksimalkan potensi mereka, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika mengajar generasi ini. Menurut Gary Anderson, pakar dari Cambridge University, remaja selalu ingin terlihat up-to-date, jadi gunakan topik-topik yang sedang digemari, seperti teknologi, olahraga, hiburan, apapun, yang masih relevan dengan pembelajaran.
Dalam kondisinya yang labil, remaja mulai mencari identitas mereka, sehingga kadang-kadang mereka terlihat memiliki identitas ganda. Gunakan kegiatan yang memberi mereka akses untuk beralih peran yang memberi mereka kesempatan untuk mengekspresikan beragam perasaan. Guru dituntut untuk memberikan otonomi dan kesempatan untuk membuat pilihan. Semua ini untuk menumbuhkan kedewasaan dan rasa bertanggung jawab.
Dalam pelajaran, beri kesempatan mereka untuk beraktivitas dan bergerak. Segala aktivitas yang bersifat permainan bagus untuk digunakan di kelas karena dengan begitu, remaja bisa belajar digunakan di kelas karena dengan begitu, remaja bisa belajar berinteraksi dan berkompetisi.
Sediakan kesempatan menggunakan bakat yang dimiliki untuk mengerjakan tugas yang menarik dan mendorong minat remaja secara personal. Hasil dari kegiatan ini bisa dipamerkan. Ijinkan mereka menggunakan pengetahuan dan ketertarikan ini dalam proses belajar di kelas karena remaja sering memiliki pengetahuan luar biasa mengenai bidang tertentu.
Karena sekarang bukan jaman dimana gelar dari sekolah memberi jaminan untuk mendapat pekerjaan, guru juga ditantang untuk memberikan bekal bagi siswa untuk menciptakan lowongan pekerjaan bagi dirinya sendiri. Banyak hal yang guru bisa dan harus lakukan untuk mengembangkan potensi remaja dan membentuknya menjadi individu yang Mandiri dan berkualitas.
Salah satu yang bisa dilakukan guru adalah mengembangkan karakter entrepreneur sejati dalam diri siswa. Sebagai orang-orang yang mengendalikan masa depannya sendiri, entrepreneur sudah selayaknya menjadi tujuan ke mana guru membawa muridnya. Di samping itu, kualitas yang dimiliki oleh entrepreneur sejati juga menjadi kualitas yang wajib dimiliki oleh remaja mengingat semakin banyaknya tantangan yang harus mereka hadapi di masa depan.
Untuk menanamkan karakter entrepreneurship, ajari mereka untuk menghargai uang dan cermat dalam mengaturnya. Hampir semua entrepreneur menghasilkan uang dari sejak mereka masih remaja.
Bangun jiwa kompetitif pada diri mereka. Banyak dari entrepreneur aktif dalam kegiatan olahraga atau kegiatan sejenis yang membangkitkan semangat kompetitif mereka, bahkan sejak sekolah.  Bentuk kegiatan kompetitif lainnya biasanya berhubungan dengan hal-hal positif, seperti: kompetisi untuk meraih nilai tinggi, mendapat penghargaan dari orang tua serta guru atau mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam hidup.
Kembangkan sikap berani mengambil resiko pada mereka.  Hal ini bisa dimulai dengan hal-hal kecil seperti berani membuat iklan produk untuk disebarkan pada masyarakat. Biarkan mereka mengembangkan ide-ide yang ada dalam kepala mereka. Ajarkan untuk untuk tidak takut mencoba ide-ide baru.Dalam segi sikap, ajarilah mereka untuk menjadi orang yang bias dipercaya karena bisnis dilakukan dengan dasar kepercayaan dan etika bekerja sama.
Terakhir, jangan lupa untuk memberikan pemahaman akan pentingnya keluarga. Menikmati pekerjaan memang penting, namun meluangkan waktu bersama keluarga tetap harus mendapat prioritas.
Selain hal ini seorang guru juga harus pandai-pandai dalam memahami cara belajar yang dimiliki oleh masing-masing peserta didiknya, seperti:
  
1.    Pembelajar tipe Auditori (pendengaran) atau auditory learner
 Para pembelajar auditori adalah pendengar yang baik, mereka cenderung dapat menyerap informasi lebih efisien melalui pendengaran sehingga merupakan kelompok yang paling mengambil manfaat dari teknik mengajar konvensional yaitu teknik ceramah. Bila diminta, pembelajar tipe ini mudah menjelaskan secara lisan suatu ceramah/pidato yang didengarnya. Diperkirakan di dunia, populasi orang tipe auditori mencapai 30%.
Ciri-ciri pembelajar tipe auditori antara lain:
a)      Suka laporan lisan.
b)      Suka berbicara.
c)      Bagus dalam menjelaskan sesuatu secara lisan atau mempresentasikan secara lisan.
d)     Mudah mengingat nama orang.
e)      Bagus dalam tata bahasa dan bahasa asing.
f)       Membaca perlahan-lahan.
g)      Mudah menirukan ucapan orang dengan baik.
h)      Tidak bisa diam untuk waktu yang lama.
i)        Suka bertindak dan berada di panggung.
j)        Sering menjadi yang terbaik dalam kelompok belajar.
k)      Suka membaca keras untuk diri sendiri.
l)        Tidak takut berbicara di dalam kelas.
 Kelemahan pembelajar auditori antara lain:
a)      Kurang baik dalam membaca
b)      Kurang dapat mengingat apa yang dibacanya bila tidak disuarakan.
c)      Kurang baik dalam menulis karangan.
2.    Pembelajar tipe Visual (penglihatan) atau visual learner
Para pembelajar tipe visual cenderung lebih berhasil dalam pembelajaran yang menggunakan sesuatu yang dapat dilihat. Artinya, informasi lebih mudah ditangkap bila ada bukti-bukti yang dapat dilihat, misalnya gambar, foto, peta, diagram, grafik. Di seluruh dunia, populasi orang dengan tipe ini diperkirakan mencapai 65%.
Ciri-ciri pembelajar visual antara lain:
a)      Sering duduk di kursi deretan depan ketika mengikuti pelajaran
b)      Bagus dalam mengeja (spelling).
c)      Perlu berpikir sebentar (tidak langsung bereaksi) dalam memahami apa yang baru didengarnya.
d)     Menyukai warna-warna dan mode.
e)      Mimpi berwarna.
f)       Mudah mengerti dan menyukai grafik-grafik.
g)      Mudah mempelajari bahasa isyarat.
h)      Suka menggunakan bahasa tubuh.
i)        Dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut tanpa merasa terganggu.
j)        Berbakat dalam menulis.
k)      Mengerjakan dengan baik tugas-tugas tertulis.
 Kelemahan pembelajar visual antara lain:
a)      Kurang baik dalam menangkap pesan-pesan lisan.
b)      Kurang suka berlama-lama mendengarkan orang berbicara.
c)      Mudah melupakan nama orang.
d)     Lambat mendengarkan dan merespon pembicaraan orang (sebenarnya hal ini bisa juga merupakan kelebihan tipe ini.
3.    Pembelajar Tipe kinestetik/taktil atau kinesthetic/tactile learner
Para pembelajar tipe ini cenderung lebih berhasil dalam pembelajaran bila dia mengalami, bertindak, mempraktekkan, bergerak, menyentuh dan menggunakan jari-jari (motorik halus) untuk mengingat dan membangun konsentrasi. Diperkirakan di dunia ada sekitar 5% populasi orang bertipe kinestetik/taktil.
Ciri-ciri pembelajar tipe kinestetik antara lain:
a)      Bagus dalam bidang olahraga.
b)      Cenderung frustrasi dan gelisah bila harus duduk mendengarkan kuliah untuk jangka waktu yang lama, oleh karena itu mereka sering mengambil break (istirahat) saat kuliah sedang berlangsung.
c)      Mengunyah permen ketika mendengarkan kuliah.
d)     Kurang bagus dalam mengeja (spelling)
e)      Tidak memiliki tulisan tangan yang besar.
f)       Menyukai kerja di laboratorium sains.
g)      Suka belajar sambil mendengar musik.
h)      Suka buku-buku dan film petualangan.
i)        Suka bermain peran.
j)        Membangun/membuat ‘model’, diorama dan proyek.
k)      Menyukai seni bela diri dan seni tari.
l)        Koordinasi mata dengan tangan sangat bagus.
m)    Menyukai tes/ujian jenis multiple choice dan definisi pendek, tetapi tidak menyukai tes jenis esai dan tes tertulis yang memakan waktu yang panjang.

E. Cara Guru Membelajarkan Peserta Didik
Guru merupakan orang tua sekaligus pendidik di dalam sekolah. Seorang guru harus memahami gaya belajar anak. Seorang guru harus mampu menciptakan strategi-strategi belajar sesuai dengan gaya belajar peserta didiknya.
 1. Anak Visual:
a)      Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
b)      Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
c)      Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
d)     Gunakan multi-media seperti komputer dan video.
e)      Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
 2. Anak Auditori:
a)      Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
b)      Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
c)      Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
d)     Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
e)      Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset.
 3. Anak Taktil/Kinestetik:
a)      Dalam kegiatan belajar, jangan terlalu banyak memberikan materi, sesekali berikan
b)      Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
c)      Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
d)     Ciptakan suasana belajar kooperatif.

1 komentar:

Akhbar Sanusi mengatakan...

Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
ciri ciri remaja Sifat sifat umar bin Khattab Ufa Bunga SMartphone