Pages

Minggu, 08 Desember 2013

Permasalahan Belajar Karena Gangguan Sosioemosional Anak



1. Hiperaktif
            Hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Ia melakukan aktifitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka mengganggu temannya bahkan gurunya. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. Hiperaktif juga mengacu kepada ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat terkena hukuman atau mengalami kecelakaan.
Contoh : Seorang siswa yang tidak mau mendengar nasehat dari gurunya sendiri, karena kecenderungan sikap ingin bebas, semaunya sendiri tanpa mau diatur-atur oleh orang lain walaupun kedua orang tuanya sekalipun.

2. Distractibility Child
Anak ini cenderung cepat bosan dan sering kali mengalihkan perhatiannya keberbagai objek lain di .kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
Contoh: Andi seorang siswa yang memiliki kecenderungan sikap distractibility child, sebab ia selalu gelisah ketika menerima pelajaran di dalam kelas. Ia mudah bosan dengan apa yang ia kerjakan terlalu lama, sehingga anak ini ingin mencari hal-hal baru yang menurutnya lebih asyik dari pada duduk mendengarkan penjelasan guru di kelas. Bahkan tak jarang pula anak seperti ini suka menjaili teman-temannya sendiri.

3. Poor Self Concept
Poor self concept mungkin merupakan akumulasi kritik dari orang lain terhadap diri sendiri yang cenderung merusak pandangan terhadap diri sendiri. Anak ini cenderung pendiam di kelas, pasif, sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Ia cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri. Karakteristik anak ini cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak mampu.
Contoh : Mira merupakan salah satu siswi yang memiliki sikap pemalu, hingga terkadang Ia merasa minder terhadap teman-teman sebayanya sendiri.

4. Impulsif
Impulsif merupakan suatu sifat untuk segera menanggapi berbagai stimulasi yang datang dari lingkungan sekitar. Dalam kondisi di kelas, kita sering menjumpai anak-anak yang langsung menuliskan jawaban pertama yang muncul dalam pikiran mereka. Ketika mengerjakan suatu tugas, mereka langsung terjun bebas ke dalam aktivitas tersebut tanpa membuat beberapa langkah ke belakang untuk benar-benar memahami petunjuknya.
Dengan demikian, mereka tidak memiliki rencana yang teratur atau strategi tertentu untuk mendekati persoalan. Dalam hal ini, mereka akan dengan mudah dan segera mengambil kesimpulan atas suatu gagasan atau alternatif pemikiran sebelum sungguh-sungguh mencernanya.
Karena tidak adanya suatu konsepsi yang jelas dalam pikiran mereka, bukan hal berlebihan bila mereka langsung menerapkan hal pertama yang mereka dengar tanpa mempertimbangkan berbagai alternatif lain yang tersedia. Mereka juga tidak sampai melihat sejumlah konsekuensi atas berbagai pilihan yang tersedia.
Contoh : Indah merupakan siswi yang aktif dalam berbagai hal, termasuk dalam hal pelajaran dalam kelas. Suatu saat Indah maju ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya, padahal sesungguhnya Ia belum paham betul tantang apa yang akan Ia kerjakan di depan. Sehingga walaupun Ia berani maju untuk menunjukkan keaktifannya  di depan kelas tapi Ia tidak memikrkan terlebih dahulu konsekuensi apa yang akan Ia dapatkan nantinya.

5. Distructive Behavior
Tingkah laku anti sosial merupakan salah satu jenis tingkah laku distruktif, yaitu permusuhan nyata. Ia disifatkan sebagai tingkah laku masalah negatif kerana melibatkan tingkah laku yang dapat melukai atau menyakiti orang lain.
Pelajar yang menunjukkan tingkah laku permusuhan nyata ialah mempunyai konsep diri yang negatif, naluri agresif yang diwarisi daripada ibu bapa atau dibentuk akibat pengaruh unsur-unsur negatif daripada media-media dan sumber teknologi. Selain itu, pelajar berkenaan merasa kecewa dan tersinggung kerana mendapat penilaian negatif daripada ibu bapa, saudara, teman sebaya atau gurunya. Siswa ini suka merusak benda-benda yang ada disekitarnya. Sikap agresif yang negative ini menunjukan anak ini bermasalah. Anak seperti ini cepat tersinggung, dan bertempramen tinggi.

6. Distruptive Behavior
Tingkah laku yang mengganggu merupakan tingkah laku distruptif yang boleh menghalangi kelancaran serta keberkesanan pengajaran dan pembelajaran dalam kelas. Anak ini sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan mengejek dan cenderung menentang guru.

7. Dependency child
Gangguan kepribadian dependen (Dependent Personality Disorder; DPD) adalah suatu kondisi karakteristik dimana individu sangat tergantung pada orang lain hingga individu tersebut patuh dan terikat erat perilakunya dan takut akan terpisah dengan orang itu. Perilaku ketergantungan dan kepatuhan muncul dari perasaan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah tanpa bantuan orang lain. Anak seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk melakukan tugasnya sendiri. Sikap orang tua yang terlalu over protektif membuat anak ini sangat tergantung pada orang tua.

8. Withdrawal
Anak ini merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu, hal ini disebabkan karena anak ini berasal dari sosial ekonomi yang sangat rendah.
Contoh : Karena keterbatasan sumber ekonomi, Rio seorang siswa sekolah dasar tidak mampu membeli buku-buku panduan di sekolahnya, sehingga Ia cenderung merasa rendah di mata orang lain. Hingga tanpa di sadari Ia merasa rendah diri, tak mampu untuk melakukan hal-hal yang bisa dilakukan oleh orang yang berduit, padahal sepenuhnya tidak selalu demikian.

9. Learning Disability
Learning Disabilities (LD) adalah individu yang mengalami gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar, disfungsi sistem syarat pusat, atau gangguan neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan yang nyata dalam pemahaman dan penggunaan pendengaran, berbicara, membaca, mengeja, berpikir, menulis, berhitung, atau keterampilan sosial. Kesulitan tersebut bukan bersumber pada sebab-sebab keterbelakangan mental, gangguan emosi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi, tetapi dapat muncul secara bersamaan.

10. Learning Disorder
Anak ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang sebaya. Anak ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus, karena mereka mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf.
Contoh : SLB (Sekolah Luar Biasa) adalah salah satu lembaga-lembaga yang menghimpun anak-anak yang memiliki keterbatasan mental maupun fisik dalam dirinya. Tak sedikit siswa-siswi SLB memiliki kemampuan yang tidak di miliki oleh orang normal pada umumnya, sehingga anak-anak seperti ini perlu dibina dan di kembangkan agar perkembangan syaraf maupun motoriknya berkembang pula.

11. Underachiever
Underachiever adalah prestasi akademis anak lebih rendah dari perkiraan berdasarkan umur, kemampuan dan potensi. Misalnya anak kelas 2 SD seharusnya bisa perkalian sampai 10, namun anak itu tidak bisa. Misalnya kita melihat anak kita pintar main game, mampu menguasai game dengan cepat, tapi belajar berhitung dan menulis lamban sekali.

12. Overachiever
Overachiever adalah seseorang yang memperoleh hasil atau prestasi yang melampaui peramalan, yang dibuat berdasarkan kecerdasan, ketangkasan dan bakat. Anak ini mempunyai semangat belajar yang sangat tinnggi, ia merespon dengan cara cepat. Namun, anak ini tidak bisa menerima kegagalan dan tidak mudah menerima kritikan dari siapapun termasuk gurunya.

13. Slow Learner
Slow learner atau anak lambat belajar adalah mereka yang memiliki prestai belajar rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004; Wiley, 2007). Dengan kondisi seperti demikian, kemampuan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan teman sebayanya. Anak ini sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhakan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tuga-tugasnya.

14. Social Interseption Child
Anak ini kurang peka dan tidak peduli terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas.
Contoh : Boby siswa yang  pandai namun jiwa sosialnya terhadap lingkungan sekitar kurang berkembang, sehingga Ia kurang memiliki banyak teman dan pada akhirnya Ia lebih suka untuk menyendiri daripada bergaul dengan teman sebayanya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar