1. Hiperaktif
Hiperaktif adalah suatu pola
perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak
terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak
hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya
permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain.
Ia melakukan aktifitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka mengganggu
temannya bahkan gurunya. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang
menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. Hiperaktif juga mengacu
kepada ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau
kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat terkena hukuman atau mengalami
kecelakaan.
Contoh : Seorang siswa yang tidak mau mendengar nasehat dari gurunya sendiri,
karena kecenderungan sikap ingin bebas, semaunya sendiri tanpa mau diatur-atur
oleh orang lain walaupun kedua orang tuanya sekalipun.
2. Distractibility Child
Anak
ini cenderung cepat bosan dan sering kali mengalihkan perhatiannya keberbagai
objek lain di .kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan
perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
Contoh: Andi seorang siswa yang memiliki kecenderungan sikap distractibility
child, sebab ia selalu gelisah ketika menerima pelajaran di dalam kelas. Ia
mudah bosan dengan apa yang ia kerjakan terlalu lama, sehingga anak ini ingin
mencari hal-hal baru yang menurutnya lebih asyik dari pada duduk mendengarkan
penjelasan guru di kelas. Bahkan tak jarang pula anak seperti ini suka menjaili
teman-temannya sendiri.
3. Poor Self Concept
Poor
self concept mungkin merupakan akumulasi kritik dari orang lain terhadap diri
sendiri yang cenderung merusak pandangan terhadap diri sendiri. Anak ini
cenderung pendiam di kelas, pasif, sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Ia
cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri. Karakteristik anak ini
cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak
mampu.
Contoh : Mira merupakan salah satu siswi yang memiliki sikap pemalu, hingga
terkadang Ia merasa minder terhadap
teman-teman sebayanya sendiri.
4. Impulsif
Impulsif
merupakan suatu sifat untuk segera menanggapi berbagai stimulasi yang datang
dari lingkungan sekitar. Dalam kondisi di kelas, kita sering menjumpai
anak-anak yang langsung menuliskan jawaban pertama yang muncul dalam pikiran
mereka. Ketika mengerjakan suatu tugas, mereka langsung terjun bebas ke dalam
aktivitas tersebut tanpa membuat beberapa langkah ke belakang untuk benar-benar
memahami petunjuknya.
Dengan
demikian, mereka tidak memiliki rencana yang teratur atau strategi tertentu
untuk mendekati persoalan. Dalam hal ini, mereka akan dengan mudah dan segera
mengambil kesimpulan atas suatu gagasan atau alternatif pemikiran sebelum
sungguh-sungguh mencernanya.
Karena
tidak adanya suatu konsepsi yang jelas dalam pikiran mereka, bukan hal
berlebihan bila mereka langsung menerapkan hal pertama yang mereka dengar tanpa
mempertimbangkan berbagai alternatif lain yang tersedia. Mereka juga tidak
sampai melihat sejumlah konsekuensi atas berbagai pilihan yang tersedia.
Contoh : Indah merupakan siswi yang aktif dalam berbagai hal, termasuk dalam hal
pelajaran dalam kelas. Suatu saat Indah maju ke depan kelas untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh gurunya, padahal sesungguhnya Ia belum paham
betul tantang apa yang akan Ia kerjakan di depan. Sehingga walaupun Ia berani
maju untuk menunjukkan keaktifannya di
depan kelas tapi Ia tidak memikrkan terlebih dahulu konsekuensi apa yang akan
Ia dapatkan nantinya.
5. Distructive Behavior
Tingkah
laku anti sosial merupakan salah satu jenis tingkah laku distruktif, yaitu
permusuhan nyata. Ia disifatkan sebagai tingkah laku masalah negatif kerana
melibatkan tingkah laku yang dapat melukai atau menyakiti orang lain.
Pelajar
yang menunjukkan tingkah laku permusuhan nyata ialah mempunyai konsep diri yang
negatif, naluri agresif yang diwarisi daripada ibu bapa atau dibentuk akibat
pengaruh unsur-unsur negatif daripada media-media dan sumber teknologi. Selain
itu, pelajar berkenaan merasa kecewa dan tersinggung kerana mendapat penilaian
negatif daripada ibu bapa, saudara, teman sebaya atau gurunya. Siswa ini suka
merusak benda-benda yang ada disekitarnya. Sikap agresif yang negative ini
menunjukan anak ini bermasalah. Anak seperti ini cepat tersinggung, dan
bertempramen tinggi.
6. Distruptive Behavior
Tingkah
laku yang mengganggu merupakan tingkah laku distruptif yang boleh menghalangi
kelancaran serta keberkesanan pengajaran dan pembelajaran dalam kelas. Anak ini
sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan mengejek dan
cenderung menentang guru.
7. Dependency child
Gangguan
kepribadian dependen (Dependent Personality Disorder; DPD) adalah suatu kondisi
karakteristik dimana individu sangat tergantung pada orang lain hingga individu
tersebut patuh dan terikat erat perilakunya dan takut akan terpisah dengan
orang itu. Perilaku ketergantungan dan kepatuhan muncul dari perasaan
ketidakmampuan untuk mengatasi masalah tanpa bantuan orang lain. Anak seperti
ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk melakukan tugasnya sendiri. Sikap
orang tua yang terlalu over protektif membuat anak ini sangat tergantung pada
orang tua.
8. Withdrawal
Anak
ini merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang
diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu, hal ini disebabkan karena
anak ini berasal dari sosial ekonomi yang sangat rendah.
Contoh : Karena keterbatasan sumber ekonomi, Rio seorang siswa sekolah dasar
tidak mampu membeli buku-buku panduan di sekolahnya, sehingga Ia cenderung
merasa rendah di mata orang lain. Hingga tanpa di sadari Ia merasa rendah diri,
tak mampu untuk melakukan hal-hal yang bisa dilakukan oleh orang yang berduit,
padahal sepenuhnya tidak selalu demikian.
9. Learning Disability
Learning
Disabilities (LD) adalah individu yang mengalami gangguan dalam satu atau lebih
proses psikologis dasar, disfungsi sistem syarat pusat, atau gangguan
neurologis yang dimanifestasikan dalam kegagalan-kegagalan yang nyata dalam
pemahaman dan penggunaan pendengaran, berbicara, membaca, mengeja, berpikir,
menulis, berhitung, atau keterampilan sosial. Kesulitan tersebut bukan
bersumber pada sebab-sebab keterbelakangan mental, gangguan emosi, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya,
atau ekonomi, tetapi dapat muncul secara bersamaan.
10. Learning Disorder
Anak
ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang sebaya.
Anak ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
khusus, karena mereka mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun
syaraf.
Contoh : SLB (Sekolah Luar Biasa) adalah salah satu lembaga-lembaga yang
menghimpun anak-anak yang memiliki keterbatasan mental maupun fisik dalam
dirinya. Tak sedikit siswa-siswi SLB memiliki kemampuan yang tidak di miliki
oleh orang normal pada umumnya, sehingga anak-anak seperti ini perlu dibina dan
di kembangkan agar perkembangan syaraf maupun motoriknya berkembang pula.
11. Underachiever
Underachiever
adalah prestasi akademis anak lebih rendah dari perkiraan berdasarkan umur,
kemampuan dan potensi. Misalnya anak kelas 2 SD seharusnya bisa perkalian
sampai 10, namun anak itu tidak bisa. Misalnya kita melihat anak kita pintar
main game, mampu menguasai game dengan cepat, tapi belajar berhitung dan
menulis lamban sekali.
12. Overachiever
Overachiever
adalah seseorang yang memperoleh hasil atau prestasi yang melampaui peramalan,
yang dibuat berdasarkan kecerdasan, ketangkasan dan bakat. Anak ini mempunyai
semangat belajar yang sangat tinnggi, ia merespon dengan cara cepat. Namun,
anak ini tidak bisa menerima kegagalan dan tidak mudah menerima kritikan dari
siapapun termasuk gurunya.
13. Slow Learner
Slow
learner atau anak lambat belajar adalah mereka yang memiliki prestai belajar
rendah (di bawah rata-rata anak pada umumnya) pada salah satu atau seluruh area
akademik, tapi mereka ini bukan tergolong anak terbelakang mental. Skor tes IQ
mereka menunjukkan skor anatara 70 dan 90 (Cooter & Cooter Jr., 2004;
Wiley, 2007). Dengan kondisi seperti demikian, kemampuan belajarnya lebih
lambat dibandingkan dengan teman sebayanya. Anak ini sulit menangkap pelajaran
di kelas dan membutuhakan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan
tuga-tugasnya.
14. Social Interseption Child
Anak
ini kurang peka dan tidak peduli terhadap lingkungannya. Anak ini kurang
tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di
kelas.
Contoh : Boby siswa yang pandai namun jiwa
sosialnya terhadap lingkungan sekitar kurang berkembang, sehingga Ia kurang
memiliki banyak teman dan pada akhirnya Ia lebih suka untuk menyendiri daripada
bergaul dengan teman sebayanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar